Jumat, 16 Desember 2011

Apa Fungsi dari Partai Politik itu?


Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi terhadap beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih. Sedangkan untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijakan-kebijakan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau alokasi dari sumber-sumber yang ada.
Kita ketahui bahwa dalam demokrasi, partai berada dan beroperasi dalam suatu sistem kepartaian tertentu. Setiap partai merupakan bagian dari sistem kepartaian yang diterapkan di suatu negara. Dalam suatu sistem tertentu, partai berinteraksi dengan sekurang-kurangnya satu partai lain atau lebih sesuai dengan konstruksi relasi regulasi yang diberlakukan. Sistem kepartaian memberikan gambaran tentang struktur persaingan di antara sesama partai politik dalam upaya meraih pemerintahan. Sistem kepartaian yang melembaga cenderung meningkatkan stabilitas politik dan efektifitas pemerintahan.
Sistem kepartaian itu sendiri seharusnya tidak terlalu terfragmentasi. Hal ini dapat mendorong konflik dan bahkan kemacetan demokrasi. Tingkat fragmentasi dalam sistem kepartaian, dalam hal ini jumlah partai politik yang relevan dalam sebuah sistem, mungkin paling berpengaruh terhadap struktur persaingan antar-partai, interaksi dan stabilitas pemerintah.
Lalu sering kita dengar pendapat bahwa partai politik adalah salah satu komponen yang penting di dalam dinamika perpolitikan sebuah bangsa. Partai politik dipandang sebagai salah satu cara seseorang atau sekelompok individu untuk meraih kekuasaan.
Namun dibalik semua itu partai politik memiliki tugas dan fungsi sebagai sebuah instrumen politik diantaranya. Pertama, melakukan sosialisasi politik, pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat. Kedua, rekrutmen politik yaitu seleksi dan pemilihan atau pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik.
Ketiga, partisipasi politik, kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan ikut menentukan pemimpin pemerintahan.
Keempat, pemandu kepentingan, mengatur lalu lintas kepentingan yang seringkali bertentangan dan memiliki orientasi keuntungan sebanyak-banyaknya.
Kelima, komunikasi politik, partai politik melakukan proses penyampaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah. Keenam, pengendalian konflik, partai politik melakukan pengendalian konflik mulai dari perbedaan pendapat sampai pada pertikaian fisik antar individu atau kelompok. Ketujuh, Kontrol politik, partai politik melakukan kegiatan untuk menunjukan kesalahan, kelemahan dan penyimpangan dalam isi kebijakan atau pelaksaan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Yang menjadi persoalannya adalah apakah partai politik mampu menjalankan peran representasinya dalam mempertahankan eksistensinya sebagai parpol ataukah tidak? Kalau jawabannya mampu, berarti parpol tersebut telah mampu menjadi partai politik yang telah mendapat kepercayaan dari masyarakat dan akan mampu bersaing dengan parpol-parpol lainnya, sebaliknya jika parpol tersebut tidak atau kurang mampu menjalankan peran representasinya dengan baik, maka cepat atau lambat parpol tersebut akan memasuki masa kolaps dan berarti tingkat kepercayaan masyarakat terhadap parpol juga akan semakin berkurang.

Sabtu, 03 Desember 2011

Manifestasi QS Ali Imran 110 dan Pendidikan

Lagi krisis ide, jadi saya postkan tugas tutorial semester pertama saya ini. semoga bermanfaat....... Amien.
Pendidikan seharusnya, dalam tataran ideal, mestilah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Apabila kita telah berbicara kebutuhan, maka manusia menjadi tidak bisa hidup tanpanya. Pendidikan tentunya merubah pola pikir dan kemampuan manusia untuk hidup dengan lebih cerdas. Mereka memiliki sebuah  keahlian yang diharapkan dapat digunakan untuk sekedar mempertahankan hidup atau, bahkan sangat diharapkan, mereka menggunakan kemampuan yang mereka miliki tersebut untuk berbuat lebih dan bermanfaat bagi orang di sekitar mereka.
Orang-orang terdidiklah, apalagi  kaum muda, yang diharapkan dapat menjadi generasi pelurus, tidak hanya penerus yang hanya meneruskan apa yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka. Ada semacam usaha-usaha untuk berbuat lebih, mamberi makna yang lebih berarti dalam kehidupan mereka. Para insan terdidik seperti definisi yang kita sepakati disini, adalah mereka yang memiliki semangat untuk merubah. Semangat untuk bisa berkontribusi bagi apapun Orang-orang seperti ini lahir dari rahim-rahim semangat dan idealisme para pahlawan bangsa. Maka tidak berlebihan pula sekiranya menyebut golongan seperti ini sebagai pahlawan muda.
Mendengar kata pahlawan tentunya menginspirasi kita mengenai apa saja job description yang mereka pegang. Menjadi penerang di saat gelap, pelindung bagi yang lemah, pembela kebenaran di saat kebenaran itu hanya berdiri sendiri, dan mencegah apabila mungkar mulai meraja-lela di dalam hati-hati manusia.
Pembahasan tidak berhenti sampai disini. Ada hal substansial lagi yang sesungguhnya melingkupi  segala landasan berpikir ini. Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 110, yang artinya:
kamu sekalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah…”
Perkataan Dzat Yang Maha Agung diatas, tentunya menjadi sesuatu yang tidak bisa disangkal-sangkal lagi, bahwa hakekatnya, kita umat Islam adalah umat terbaik yang sengaja dilahirkan ke muka bumi ini untuk melakukan kerja-kerja besar pahlawan. Merekalah yang tnidak tenang melihat nasib bangsa yang terus dilanda masalah, merekalah yang tidak tenang apabila hidup mereka hanya menjadi beban bagi orang lain tanpa memberikan manfaat apapun.
Maka sesuatu yang patut untuk kita syukuri dengan tidak henti-hentinya bahwa kita bisa menjadi satu bagian dari umat terbaik yang pernah diciptakan Allah subhana wa ta’ala ini. Bayangkan, dengan kita tetap menjadi seorang muslim saja, kita adalah umat terbaik yang pernah ada. Apalagi apabila kita memiliki tools tambahan yang dapat menyokong tugas-tugas kita.
Analoginya bisa kita kembangkan dengan lebih jauh. Apabila menjadi seorang muslim saja kita telah dibai’at sebagai umat terbaik, apalagi dengan tambahan modal lain yang patut untuk kita kembangkan.
Di awal pembahasan ini, telah kita yakini bahwa pendidikan merupakan hal yang mau tidak mau haruslah dienyam oleh seluruh umat di dunia. Bahkan satu poin dari sekian penjabaran Human Rights sekalipun, menempatkan pendidikan sebagai satu hak wajib yang harus diterima oleh umat se-dunia. Sebab, memang, pendidikan hakekatnya adalah modal dasar yang mesti ditanam oleh manusia sehingga dengan hasil yang mereka tuai itu, dapat menjadi amunisi-amunisi intelektual yang mengisi selongsong senjata kehidupan mereka. Yang dengan senjata yang mereka miliki itu, ada target jelas yang mesti mereka kunci untuk ditembakkan dan memberikan ledakan besar bagi sasarannya. Namun karena amunisi senjata mereka adalah kecerdasan dan kemauan untuk bermanfaat, maka sasaran-sasaran tembak mereka tidak akan merasakan sakit dan penderitaan tapi adalah kesejukan dan kedamaian yang mereka dapatkan dari para pahlawan yang menyelamatkan mereka. Inilah yang dinamakan sebagai seorang muslim, yang dengan keislaman mereka saja mereka telah menjadi insan terbaik, ditambah lagi dengan benih baru (pendidikan) yang mereka tanamkan di lahan hati yang subur dari seorang umat terbaik. Sungguh luar biasa scenario penciptaan Allah ini.
Agar selesai sampai pada akhir, mari kita tilik sekali lagi firman Allah pada surat Ali Imran ayat 110 yang telah dibahas sebagian di atas.
kamu sekalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah…”
Demi melengkapi kesempurnaan seorang muslim, maka Allah memberi standar tersendiri bagi umat  terbaik tersebut.  Umat terbaik mestilah menunjukkan gelagat terbaik pula. Ia haruslah bersifat dan berperilaku mulia. Membawa orang lain ke dalam  kehidupan yang lebih baik, membuat mereka berbuat dengan lebih baik pula. Tidak sekadar mengajak kepada kebaikan, namun juga mencegah pribadi ataupun komunitas di sekitarnya agar tidak berbuat jahil. Atau dalam bahasa Qur’an yang disebut dengan ta’muruuna bil ma’ruuf wa tanhauna ‘anil munkar, dan tentu saja wa tu’minuuna billah.
Benang merah dari semua ini sepertinya sudah jelas, bahwa umat Islam haruslah menjadi seorang intelektual yang bernilai dan bermanfaat bagi orang sekitar, yang sekali lagi dengan keislamannya membawa atmosfer perubahan yang nyata, dan dengan pendidikan serta keahlian yang ia miliki membawa nilai tambah yang signifikan untuk umat. Itulah pahlawan yang sesungguhnya dari kumpulan orang-orang terbaik.