Rabu, 12 Oktober 2011

Bila Rebut Perbatasan NKRI, Wajib Ganyang Malaysia

Sangat disayangkan, jika benar bahwa wilayah Dusun Camar Bulan, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, yang masih status quo, dibangun menjadi tempat tujuan wisata oleh Malaysia.
Fakta diatas, disampaikan berdasarkan investigasi anggota DPR melalui foto-foto mengenai aktifitas pemerintah Malaysia.
Camar Bulan juga menjadi kawasan Tanjung Datuk oleh Malaysia sebagai Nasional Park yang merupakan proyek penangkaran penyu. Walaupun belum dapat dipastikan sejak kapan proyek wisata itu berdiri.
Masyarakat khawatir bila tanah air kita kembali dirampok Malaysia, maka wilayah Malaysia akan menjadi luas dan semakin berani menjajah negara kita.
Untuk itu, secepatnya pemerintah dengan DPR membentuk tim terpadu dari Deplu, Depdagri, BIN, dan BAIS, untuk mengusut siapa yang bertanggung jawab.
Selain melakukan verifikasi kebenaran informasi tersebut, pemerintah juga harus menerjunkan TNI menjaga kawasan itu demi menjaga kedaulatan perbatasan. Jangan sampai, tanah darat yang belum jelas milik siapa dimanfaatkan untuk kegiatan dan aktivitas warga.
Sementara berkaitan dengan pencaplokan wilayah, pemerintah harus melakukan pemetaan dari udara dan satelit. Kalau perlu memotret dari waktu ke waktu, sehingga pemerintah memiliki dokumentasi atas wilayah kedaulatan.
Ironisnya di balik tuntutan bahkan usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara tersebut, sebuah dokumen rahasia tentang perbatasan Republik Indonesia dan  Malaysia perihal potensi hilangnya kedaulatan Republik Indonesia menuai kisah terselubung tentang konspirasi di balik persoalan ini yang justru melibatkan TNI.
Isinya dokumen rahasia menyatakan bahwa institusi TNI dan beberapa anggota TNI mendukung klaim Malaysia atas wilayah di Camar Bulan dan Tanjung Datu, Provinsi Kalimantan Barat.
Klaim Malaysia tersebut menyebabkan Indonesia kehilangan Camar Bulan yang luasnya 1.449 ha dan Tanjung Datu 8.000 m3. Artinya, peristiwa Sipadan dan Ligitan terulang lagi.
Dokumen rahasia itu ditemukan berdasarkan hasil investigasi anggota Komisi I Fraksi PDIP TB Hasanuddin, Kamis (6/10), di Jakarta.
Saat ini, berdasarkan keterangan Hasanuddin dari dokumen rahasia tersebut, dua wilayah tersebut benar-benar sudah diklaim Malaysia dengan membuat patok-patok baru dan mendirikan mercusuar baru.
Padahal, tidak satu pun masyarakat di dua wilayah tersebut menghendaki bergabung dengan Malaysia.
Sudah begitu lemahkah Negara kita sampai menghadapi negara kecil seperti Malaysia saja kita sudah demikian takutnya? Sudah begitu kecilnya kah nyali para pemimpin kita sehingga walaupun kedaulatan kita diinjak-injak kita sampai tidak berani melawan? Hanya sekedar menyampaikan keberatan keras, itupun masih bertele-tele?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar